Merdeka Mengajar

pelatihan-mandiri-platform-merdeka

IGI siap mengawal RUU Sisdiknas

Lawan Krisis Pembelajaran, Tingkatkan Kemampuan Dasar Siswapelatihan-mandiri-platform-merdeka

Organisasi Profesi Guru

SINERGI IGI untuk INDONESIA MAJU|Bengkulu,10-11 April 2021

Organisasi Profesi Guru

Presiden Jokowi memberi hormat kepada Guru-Guru se Indonesia.

Membangun Sinergi Ekosistem Digital Sekolah

Adopsi teknologi dalam pembelajaran, juga merupakan salah satu rumusan program Kemendikbud mengenai digitalisasi sekolah sebagai upaya untuk mempersiapkan Sumber Daya Manusia dalam menghadapi revolusi industri 4.0

Guru Belajar Seri Masa Pandemi Covid-19

Adanya program guru belajar Kemdikbud ini dikarenakan adanya perubahan cara belajar selama masa pandemi Covid-19

Seri Guru Belajar Pendidikan Keterampilan Hidup (PKH)

PKH bagi para guru SMP dan SMA/SMK di Indonesia dirancang agar Anda dapat mendukung peserta didik dalam mengembangkan keterampilan abad ke-21

Minggu, 31 Juli 2022

IKM Mandiri Belajar, IKM Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi

Kemendikbudristek memberikan kebebasan kepada Satuan Pendidikan untuk menentukan kurikulum yang dianggap lebih cocok dalam rangka pemulihan pembelajaran, meski sudah ada Kurikulum Merdeka yang diterapkan pada tahun pelajaran 2022/2023.

Opsi kurikulum tersebut antara lain Kurikulum 2013 secara penuh, Kurikulum Darurat yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan semasa pandemi, dan Kurikulum Merdeka.

Sebelumnya, Kemendikbudristek telah menerbitkan Keputusan Kepala BSKAP Nomor 034/H/KR/2022 tentang Satuan Pendidikan Pelaksana Implementasi Kurikulum Merdeka yang berisi daftar Satuan Pendidikan pelaksana IKM Mandiri Belajar, IKM Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi.

Lalu, apa perbedaan ketiga IKM tersebut?

Apa perbedaan IKM Mandiri Belajar, IKM Mandiri Berubah dan Mandiri Berbagi?

Sekolah yang memakai Kurikulum Merdeka secara mandiri bisa memilih tiga opsi lagi, diantaranya Mandiri Belajar, Mandiri Berubah, dan Mandiri Berbagi.

Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Mandiri Belajar? Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM) jalur Mandiri Belajar, Kepala Sekolah dan Guru menerapkan komponen atau prinsip kurikulum merdeka dengan tetap menggunakan kurikulum satuan pendidikan yang sedang diterapkan (Kurikulum tahun 2013, Kurikulum Darurat).

Dengan kata lain, Sekolah yang memilih Mandiri Belajar masih menggunakan Kurikulum 2013 tapi sudah mulai menerapkan prinsip-prinsip yang ada di Kurikulum Merdeka, terutama dalam rangka peningkatan kompetensi literasi, numerasi, penguatan pendidikan karakter dan lainnya yang ada di Kurikulum Merdeka

Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Mandiri Berubah? Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berubah, Kepala Sekolah dan Guru mulai tahun ajaran 2022/2023 menerapkan kurikulum merdeka dengan menggunakan perangkat ajar yang disediakan pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, kelas 4, kelas 7 atau kelas 10.

Dengan kata lain, sekolah yang memilih Mandiri Berubah artinya sudah memanfaatkan sepenuhnya platform Merdeka Mengajar yang disiapkan oleh Kemendikbudristek. Memilih CP, TP, ATP, perangkat ajar, asesmen, dan lain sebagainya di platform ini, yang juga sudah memuat segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh sekolah untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.

Apa yang Dimaksud dengan Kurikulum Mandiri Berbagi? Dalam Implementasi Kurikulum Merdeka jalur Mandiri Berbagi, Kepala Sekolah dan Guru dalam tahun ajaran 2022/2023 menerapkan kurikulum merdeka dengan melakukan pengembangan sendiri berbagai perangkat ajar pada satuan pendidikan PAUD, kelas 1, kelas 4, kelas 7 atau kelas 10.

Dengan kata lain, bagi yang sudah sangat siap, yang selama ini melaksanakan banyak praktik baik terkait pengembangan perangkat ajar dan lain sebagainya, ditinjau dari sarana dan prasarana, kesiapan SDM, dan jika sudah bisa berkarya atau berinovasi, tidak sekedar yang ada di platform Merdeka Mengajar tetapi juga bisa berbagi pada sekolah-sekolah lain dalam bentuk karya-karya yang inovatif dan tetap mengikuti prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka, maka diberi kesempatan untuk memilih opsi Mandiri Berbagi.

Demikian, 
Salam dan Bahagia

Jumat, 29 Juli 2022

Modul 1 Apa dan Mengapa Profil Pelajar Pancasila

Latihan Pemahaman dan Cerita Reflektif Pelatihan Mandiri Topik Profil Pelajar Pancasila 

Modul 1 Apa dan Mengapa Profil Pelajar Pancasila 



A. Jawaban Latihan Pemahaman & Cerita Reflektif Materi Urgensi Profil Pelajar Pancasila


Latihan Pemahaman : Profil Pelajar Pancasila merupakan elaborasi dari tujuan pendidikan nasional dan berperan dalam menentukan kebijakan pendidik di Indonesia.
Jawab : Benar

Cerita Reflektif : Apa harapan Ibu dan Bapak Guru pada pendidikan Indonesia?
Jawab : Harapannya tujuan pendidikan dapat tercapai yaitu pendidikan karakter.


B. Jawaban Latihan Pemahaman & Cerita Reflektif Materi Dimensi Profil Pelajar Pancasila


Latihan Pemahaman :
1. Menjadi pelajar yang memiliki inisiatif untuk mengembangkan diri dan meraih cita-cita merupakan harapan dari dimensi...
Jawab : Mandiri


2. Berikut yang merupakan landasan dasar yang digunakan saat mengembangkan Profil Pelajar Pancasila, yaitu...
Jawab : Semua benar

Cerita Reflektif : Manakah dimensi Profil Pelajar Pancasila yang menurut Ibu/Bapak Guru paling dominan ada pada diri saat ini? Mengapa?
Jawab : Bergotong royong. Melalui dimensi ini, dapat membangun dimensi-dimensi lainnya seperti kreatif dan bernalar kritis.


Dan berikut ini adalah referensi Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Profil Pelajar Pancasila yang dapat digunakan sebagai acuan ibu dan bapak dalam menjawab Post Test.

Soal & Kunci Post Test Pelatihan Mandiri Topik Profil Pelajar Pancasila Modul 1


1. Tantangan dan perubahan zaman yang berkembang dengan pesat menuntut perlunya pendidikan yang menanamkan keseimbangan diri agar murid dapat beradaptasi dan memiliki jati diri yang kuat. Hal ini termasuk dalam urgensi Profil Pelajar Pancasila, yaitu...
Jawab : Untuk kesejahteraan jiwa dan raga

2. Berikut yang bukan dimensi dari Profil Pelajar Indonesia adalah...
Jawab : Cinta tanah air


3. Dimensi yang membangun kepedulian murid serta kesadaran bekerja sama dengan orang lain adalah...
Jawab : Bergotong royong


4. Berikut yang bukan merupakan urgensi dari dirumuskannya Profil Pelajar Pancasila adalah...
Jawab : Pengganti tujuan pendidikan nasional

5. Berikut yang bukan landasan dasar dalam merumuskan Profil Pelajar Pancasila adalah...
Jawab : Dokumen kurikulum negara maju yang sudah teruji


Semoga bermanfaat. Salam dan Bahagia !

Kamis, 28 Juli 2022

AKSI NYATA 2 MENGAPA KURIKULUM PERLU DIUBAH?

Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pembelajaran, Hamid Muhammad mengatakan, perubahan kurikulum adalah satu hal yang tidak dapat dihindarkan. Masyarakat harus memahami mengapa kurikulum pendidikan sangat dinamis dan kerap berubah.

Kalau Kurikulum Berubah, Jangan Mengeluh!

Dalam dunia pendidikan adanya kurikulum sangatlah penting. Arah dan tujuan pendidikan diatur di dalam kurikulum sehingga dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran guru akan berpatokan pada kurikulum yang dipakai di satuan pendidikannya.

Mohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi form di link di bawah ini sebagai respon umpan balik tentang “Mengapa Kurikulum Perlu diubah”

https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/aksi-nyata/316020?topik_name=Kurikulum%20Merdeka&topik_id=6

Lantas Apa itu Kurikulum?

Kurikulum merupakan panduan pembelajaran pada satuan pendidikan dimana dapat dimaknai sebagai titik awal sampai titik akhir dari pengalaman belajar peserta didik. Kurikulum itu kompleks dan multi dimensi, kurikulum itu dapat diibaratkan sebagai jantung pendidikan.

Fungsi Kurikulum bagi pendidikan adalah untuk memandu dalam proses belajar peserta didik.

Komponen Kurikulum menurut Ralph Tyler :

  1. Tujuan
  2. Konten
  3. Metode/cara
  4. Evaluasi

Apa pentingnya perubahan Kurikulum?

Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan zaman. Kurikulum yang baik adalah Kurikulum yang sesuai dengan zamannya, dan terus dikembangakan atau diadaptasi sesuai dengan konteks dan karaktersistik peserta didik demi membangun kompetensi sesuai dengan kebutuhan mereka kini dan masa depan.

Mengapa kurikulum harus berubah ?

Kurikulum ya memang harus berubah. Mengapa ? tentu saja untuk menjawab tantangan zaman. Kurikulum tidak dapat dipergunakan dalam satu waktu terus menerus karena dunia terus berubah. Maka dunia pendidikan sebagai pilar utama dalam membangun dan mendidik generasi harus pula turut berubah. Terjadinya pandemi covid saja sudah meluluhlantakkan dunia pendidikan sedemikian rupa. Guru kesulitan mengajar, murid kesulitan mengerjakan tugas, dan orang tua juga tak kalah pusing membantu putra-putri mereka belajar.

Kurikulum harus selalu berubah agar sesuai dengan perkembangan zaman, apalagi masa sekarang ini ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah berkembang semakin masif dan tak terkendali. Masak ya kita tetap mengajar dengan cara yang kuno. Tentu itu tidak akan relevan. Pembelajaran juga akan menjadi membosankan. Bukankah tugas kita untuk menyiapkan para murid menghadapi zaman yang baru ? zaman yang mungkin sama sekali berbeda dengan zaman kita. Selain itu kurikulum juga harus mempertimbangkan kebutuhan belajar murid. Sebagai contoh, zaman saya sekolah komputer baru dipelajari pada masa SMA, itupun hanya sebatas menyalakan, memetikan dan mengetik saja. Coba lihat anak sekarang, mereka sudah lahir dengan teknologi di tangannya. Bayi saja sudah pandai memainkan layar gawai. Itulah mengapa kurikulum juga harus berubah, agar kita dapat menyiapkan generasi yang akan datang yang visioner dan mampu memandang ke depan.

Seperti ungkapan Ki Hajar Dewantara

“Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia, maupun sebagai anggota masyarakat.

Jadi, dapatkah Kurikulum berubah?

Kurikulum oprasional satuan pendidikan harus bersifat dinamis artinya dapat diubah sesuai perubahan dan perkembangan budaya dan zaman, selain mengikuti zaman yang sudah diadaptasi sesuai lingkungan geografis.

Kurikulum bersifat dinamis dan terus dikembangkan atau diadaptasi sesuai konteks dan kebutuhan peserta didik untuk membangun kompetensi sesuai masa kini dan masa yang akan datang.

Bagaimana untuk mewujudkannya?

Seluruh komponen masyarakat yaitu peran orang tua, masyarakat dan sekolah harus menempatkan kebutuhan, pendapat, pengalaman, hasil belajar serta kepentingan peserta didik sebagai pengembangan Kurikulum karena Kurikulum dirancang untuk kebutuhan peserta didik.

TERIMA KASIH

SELAMAT BELAJAR DAN TERUSLAH BERPROSES

Mohon bantuan Bapak/Ibu untuk mengisi form di link di bawah ini sebagai respon umpan balik tentang “Mengapa Kurikulum Perlu diubah”

https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/aksi-nyata/316020?topik_name=Kurikulum%20Merdeka&topik_id=6

Cetak Kartu ASN Virtual di MySAPK BKN 2022


Cetak Kartu ASN Virtual MySAPK BKN Tahun 2022 - Aplikasi MySAPK yang diluncurkan oleh BKN (Badan Kepegawaian Negara) merupakan sistem aplikasi pelayanan kepegawaian BKN untuk memudahkan kegiatan administrasi bagi Aparatur Sipil Negara (ASN).
MySAPK BKN dapat diakses melalui situs website ataupun aplikasi untuk perangkat Android. Beberapa manfaat adanya aplikasi MySAPK BKN antara lain menyimpan data atau informasi, menyampaikan informasi pribadi atau data diri ke database, mengubah informasi dengan lebih cepat, sekaligus memudahkan pengecekan kepagawaiannya.

Selasa, 26 Juli 2022

Post Test Topik Kurikulum Merdeka : Modul 2

Referensi Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Kurikulum yang dapat digunakan sebagai acuan ibu dan bapak dalam menjawab Post Test.

Soal & Kunci Post Test Pelatihan Mandiri Topik Kurikulum Modul 2

1. Sebelum tahun ajaran baru dimulai, Pak Seno menggali informasi mengenai kebutuhan dan kemampuan murid untuk merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Hal yang dilakukan Pak Seno merupakan contoh penerapan prinsip umum pembelajaran paradigma baru, yaitu...
Jawab : Mempertimbangkan kebutuhan capaian pembelajaran murid saat ini.


2. Untuk memberikan wawasan dan gambaran yang kontekstual mengenai peran murid SMP Merdeka Belajar pada masa yang akan datang, Pak Ardianto bekerja sama dengan sebuah partai politik dalam mengadakan projek pembelajaran berbasis pelayanan masyarakat. Apakah hal yang dilakukan oleh Pak Ardianto tersebut tepat?
Jawab : Tidak tepat, Pak Ardianto seharusnya dapat memilih komunitas lain yang netral untuk berkolaborasi dalam pembelajaran.


3. Capaian pembelajaran merupakan kompetensi yang disusun oleh satuan pendidikan sebagai dasar rancangan pembelajaran yang harus dilalui murid.
Jawab : Benar

4. Capaian pembelajaran berisi kompetensi inti dan konten esensial yang harus dicapai dalam satu fase.
Jawab : Benar

5. Anak mulai merepresentasikan dunianya dengan kata dan gambar. Mereka mulai menggunakan bahasa serta gambar/simbol untuk menggambarkan suatu konsep yang konkret. Deskripsi tersebut menjelaskan kognitif anak pada tahapan...
Jawab : Pra-operasional

6.Belajar merupakan proses membangun pengetahuan baru dan dilakukan sendiri oleh murid. Pengetahuan baru ini dibangun dari kemampuan awal, pengalaman belajar, dan interaksi sosial yang dimiliki murid. Pandangan tersebut sesuai dengan teori belajar yang digunakan dalam penyusunan capaian pembelajaran, yaitu...
Jawab : Konstruktivisme

7. Capaian pembelajaran merupakan satu-satunya acuan yang digunakan dalam menyusun program intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila, dan ekstrakurikuler.
Jawab : Salah

8.Alur Tujuan Pembelajaran merupakan kompetensi pada capaian pembelajaran yang disusun dalam satu fase
Jawab : Benar

9. Berikut ini merupakan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, kecuali...
Jawab : Seluruh murid hanya mempelajari materi dari video pembelajaran yang dibuat guru

10. Di awal tahun pelajaran, Bu Sari mengidentifikasi murid di kelasnya (fase C) masih memiliki kemampuan membaca seperti di fase A. Hal yang sebaiknya tidak dilakukan Bu Sari adalah...
Jawab : Memberikan pendampingan pada murid tersebut

11. Projek penguatan profil pelajar pancasila dilaksanakan dengan alokasi waktu sendiri, tidak terikat dengan mata pelajaran apapun.
Jawab : Salah

12. Salah satu perubahan struktur kurikulum pada kurikulum prototipe (Kurikulum Merdeka) di SMP adalah...
Jawab : Mata pelajaran informatika merupakan mata pelajaran wajib.

13. (1) Gaya Hidup Berkelanjutan.
(2) Sosial dan Budaya.
(3) Bineka Tunggal Ika
(4) Bangunlah Jiwa dan Raganya.
(5) Masyarakat Demokrasi.
(6) Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.
(7) Cinta Tanah Air.
Beberapa tema yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tema program projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah...
Jawab : 1, 3, 4, dan 6.

14. Contoh penerapan asesmen dalam Kurikulum Prototipe (Kurikulum Merdeka) yang tepat adalah...
Jawab : Bu Linda melakukan asesmen diagnostik untuk membuat pemetaan kemampuan awal murid di awal semester.


15. Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
(1) Pada semester ganjil, murid hanya mempelajari Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Pada semester genap murid hanya mempelajari Bahasa Inggris dan PKN.
(2) Pelaksanaan dan penilaian dilakukan secara terpadu antar-mata pelajaran.
(3) Setiap pembelajaran dilakukan terpisah antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Pernyataan yang tepat mengenai kalimat-kalimat di atas adalah?
Jawab : Kalimat satu merupakan gambaran alokasi waktu blok, sedangkan kalimat tiga merupakan alokasi pembelajaran regular.

Post Test Topik Kurikulum Modul 1

Referensi Jawaban Post Test Pelatihan Mandiri Topik Kurikulum yang dapat digunakan sebagai acuan ibu dan bapak dalam menjawab Post Test.

Soal & Kunci Post Test Pelatihan Mandiri Topik Kurikulum Modul 2

1. Sebelum tahun ajaran baru dimulai, Pak Seno menggali informasi mengenai kebutuhan dan kemampuan murid untuk merancang pembelajaran yang akan dilakukan. Hal yang dilakukan Pak Seno merupakan contoh penerapan prinsip umum pembelajaran paradigma baru, yaitu...
Jawab : Mempertimbangkan kebutuhan capaian pembelajaran murid saat ini.


2. Untuk memberikan wawasan dan gambaran yang kontekstual mengenai peran murid SMP Merdeka Belajar pada masa yang akan datang, Pak Ardianto bekerja sama dengan sebuah partai politik dalam mengadakan projek pembelajaran berbasis pelayanan masyarakat. Apakah hal yang dilakukan oleh Pak Ardianto tersebut tepat?
Jawab : Tidak tepat, Pak Ardianto seharusnya dapat memilih komunitas lain yang netral untuk berkolaborasi dalam pembelajaran.


3. Capaian pembelajaran merupakan kompetensi yang disusun oleh satuan pendidikan sebagai dasar rancangan pembelajaran yang harus dilalui murid.
Jawab : Benar

4. Capaian pembelajaran berisi kompetensi inti dan konten esensial yang harus dicapai dalam satu fase.
Jawab : Benar

5. Anak mulai merepresentasikan dunianya dengan kata dan gambar. Mereka mulai menggunakan bahasa serta gambar/simbol untuk menggambarkan suatu konsep yang konkret. Deskripsi tersebut menjelaskan kognitif anak pada tahapan...
Jawab : Pra-operasional

6.Belajar merupakan proses membangun pengetahuan baru dan dilakukan sendiri oleh murid. Pengetahuan baru ini dibangun dari kemampuan awal, pengalaman belajar, dan interaksi sosial yang dimiliki murid. Pandangan tersebut sesuai dengan teori belajar yang digunakan dalam penyusunan capaian pembelajaran, yaitu...
Jawab : Konstruktivisme

7. Capaian pembelajaran merupakan satu-satunya acuan yang digunakan dalam menyusun program intrakurikuler, projek penguatan profil pelajar pancasila, dan ekstrakurikuler.
Jawab : Salah


8.Alur Tujuan Pembelajaran merupakan kompetensi pada capaian pembelajaran yang disusun dalam satu fase
Jawab : Benar

9. Berikut ini merupakan penerapan pembelajaran berdiferensiasi di kelas, kecuali...
Jawab : Seluruh murid hanya mempelajari materi dari video pembelajaran yang dibuat guru

10. Di awal tahun pelajaran, Bu Sari mengidentifikasi murid di kelasnya (fase C) masih memiliki kemampuan membaca seperti di fase A. Hal yang sebaiknya tidak dilakukan Bu Sari adalah...
Jawab : Memberikan pendampingan pada murid tersebut


11. Projek penguatan profil pelajar pancasila dilaksanakan dengan alokasi waktu sendiri, tidak terikat dengan mata pelajaran apapun.
Jawab : Salah

12. Salah satu perubahan struktur kurikulum pada kurikulum prototipe (Kurikulum Merdeka) di SMP adalah...
Jawab : Mata pelajaran informatika merupakan mata pelajaran wajib.

13. (1) Gaya Hidup Berkelanjutan.
 (2) Sosial dan Budaya.
(3) Bineka Tunggal Ika
(4) Bangunlah Jiwa dan Raganya.
(5) Masyarakat Demokrasi.
(6) Berekayasa dan Berteknologi untuk Membangun NKRI.
(7) Cinta Tanah Air.
Beberapa tema yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tema program projek penguatan profil pelajar Pancasila adalah...
Jawab : 1, 3, 4, dan 6.


14. Contoh penerapan asesmen dalam Kurikulum Prototipe (Kurikulum Merdeka) yang tepat adalah...
Jawab : Bu Linda melakukan asesmen diagnostik untuk membuat pemetaan kemampuan awal murid di awal semester.


15. Perhatikan kalimat-kalimat berikut!
(1) Pada semester ganjil, murid hanya mempelajari Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Pada semester genap murid hanya mempelajari Bahasa Inggris dan PKN.
(2) Pelaksanaan dan penilaian dilakukan secara terpadu antar-mata pelajaran.
(3) Setiap pembelajaran dilakukan terpisah antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Pernyataan yang tepat mengenai kalimat-kalimat di atas adalah?
Jawab : Kalimat satu merupakan gambaran alokasi waktu blok, sedangkan kalimat tiga merupakan alokasi pembelajaran regular.

Minggu, 24 Juli 2022

AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR

Merdeka belajar mempunyai konsep belajar mandiri, tidak diperintah oleh guru atau orang tua. Siswa belajar secara mandiri karena belajar merupakan kebutuhan masing-masing.

Kurikulum merdeka adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam di mana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Guru memiliki keleluasaan untuk memilih berbagai perangkat ajar sehingga pembelajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan belajardan minat peserta didik. Projek untuk menguatkan pencapaian profil pelajar Pancasila dikembangkan berdasarkan tema tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah. Projek tersebut tidak diarahkan untuk mencapai target capaian pembelajaran tertentu, sehingga tidak terikat psds konten mata pelajaran. Lalu apa saja komponen-komponen dalam kurikulum merdeka?

Ki Hajar Dewantara mengartikan manusia merdeka yaitu manusia yang bersandar pada kekuatan dirinya sendri tidak bergantung kepada orang lain. Berikut beberapa hal penting dalam pemahaman merdeka belajar diantaranya:

  1. Mengenali dan memahami Diri sebagai Pendidik
  2. Mendidik dan Mengajar
  3. Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh
  4. Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti
  5. Pendidikan yang Mengantarkan Keselamatan dan Kebahagiaan.

Dalam proses menuntun atau mengembangkan potensi diri siswa, pendidik memberikan kebebasan kepada siswa mengeksplorasi kemampuan dengan bimbingan dan arahan yang tepat dari pendidik agar anak tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Proses ini akan mendorong anak menemukan kemerdekaannya dalam belajar.

Mohon Bapak/Ibu berkenan mengisi formulir dengan klik link di bawah ini sebagai umpan balik dalam kegiatan aksi nyata “Menyebarkan Pemahaman tentang Merdeka Belajar”

https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/aksi-nyata/249770?topik_name=Merdeka%20Belajar&topik_id=1

Klik :

https://guru.kemdikbud.go.id/pelatihan-mandiri/aksi-nyata/249770?topik_name=Merdeka%20Belajar&topik_id=1

Jumat, 22 Juli 2022

Materi Topik Merdeka Belajar Modul 4 Mendidik dan Melatih Kecerdasan Budi Pekerti.

"Jangan menyeragamkan hal-hal yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan. Perbedaan bakat dan keadaan hidup anak di masyarakat yang satu dengan yang lain harus menjadi perhatian dan diakomodasi" Ki Hadjar Dewantara

Pada modul ini kita akan mencoba lebih memahami murid sebagai individu yang utuh dengan segala latar belakang serta upaya apa yang bisa Ibu dan Bapak Guru bisa bantu dalam proses belajar mereka.
  • Belajar Materi
  • Refleksi Pembelajaran
  • Post Test
Materi "Menumbuhkan Budi Pekerti"

1. Budi Pekerti

Selamat datang di modul mendidik dan melatih kecerdasan budi pekerti. Pada kesempatan ini kita akan membahas materi Budi Pekerti berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Agar kita dapat memahami gagasan Ki Hadjar Dewantara mengenai tujuan dan azas pendidikan nasional untuk melatih dan mendidik kecerdasan budi pekerti murid.


Suatu hari, Ibu Handa mendaftarkan Wuri dan dua temannya untuk mengikuti lomba cerdas cermat berkelompok tingkat SMP. Wuri merasa paling pandai di antara teman satu kelompoknya. Pada saat lomba berlangsung, Wuri selalu berusaha dengan cepat menjawab pertanyaan lomba tanpa mendiskusikannya dengan teman setimnya. Bahkan sampai membuat teman satu timnya merasa diabaikan akibatnya banyak jawaban yang salah sehingga membuat timnya tidak masuk ke babak selanjutnya.


Selesai lomba Ibu Handa mendekati muridnya dan bertanya : Mengapa mereka menjawab soal dengan cepat sekali dan tanpa diskusi terlebih dahulu sementara diberikan waktu untuk diskusi oleh panitia. Wuri lalu menjawab dengan menyalahkan teman satu timnya jika mereka tidak mengerti pertanyaannya apalagi jawabannya. Ia pun mengatakan jika dirinya saja tidak dapat menjawabnya apalagi teman-temannya sehingga merasa tidak perlu diskusi. Melihat lomba tersebut Ibu Handa tersadar bahwa selama ini ia terlalu fokus melatih penguasaan materi lomba dan lalai mengajarkan perilaku rendah hati dan bekerjasama.


Ibu dan bapak guru, dari cerita tersebut Apakah kita sebagai pendidik cukup hanya membantu murid dengan kecakapan kognitif saja? Sementara murid membutuhkan tuntunan yang dapat menumbuhkan budi pekerti dalam kehidupannya. Budi pekerti atau yang disebut watak diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia yang merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak, atau kemauan sehingga menimbulkan suatu tenaga. Budi pekerti juga dapat dimaknai sebagai perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psycho motoric). Misalnya seseorang yang memiliki budi pekerti jujur maka kecil kemungkinan ia melakukan kebohongan atau mengambil sesuatu yang bukan miliknya atau bahkan ia akan merasa terganggu jika melihat ketidakjujuran terjadi disekitarnya.


Kita dapat melihat perpaduan antara pengetahuan atau wawasan tentang kejujuran (kognitif) dan perasaan yang mengikutinya seperti ia merasa gelisah jika ia berperilaku tidak jujur atau melihat perilaku ketidakjujuran disekitarnya (afektif) yang kemudian menghasilkan watak atau budi pekerti jujur yang ditampilkan (psikomotorik). Bagian biologis adalah bagian yang berhubungan dengan rasa seperti rasa takut cemas, gelisah, putus asa, tidak percaya diri, senang, bahagia, kecewa, sedih dan sebagainya.

Disamping itu terdapat juga bagian intelijen yaitu bagian yang berhubungan dengan kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir menyerap pengetahuan. Kedua bagian watak atau budi pekerti inilah yang dijadikan dasar penjelasan Ki Hajar Dewantara mengenai kertas yang bertuliskan tulisan samar di dalam pendekatan teori konvergensi. Lalu, bagaimana budi pekerti atau watak bisa terbentuk?


Ki Hadjar Dewantara juga menjelaskan bahwa keluarga merupakan tempat utama dan yang paling baik dalam melatih karakter anak atau murid. Keluarga menjadi tempat anak atau murid dalam proses menyempurna menjadi sempurna, sebagai laboratorium awal dan utama melatih kecerdasan budi pekerti anak agar siap menjalani hidup dalam masyarakat. Kita sebagai pendidik, di sekolah ikut turut serta berperan membantu murid untuk menemukan kecerdasan budi pekerti dengan tuntunan dan teladan yang sesuai dengan kebutuhan murid. Seseorang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti akan senantiasa memikirkan, merasakan, dan mempertimbangkan setiap perilaku yang ditampilkannya.


Pendidikan sangat erat kaitannya dengan bagian intelijenbell dari budi pekerti karena berhubungan dengan kecerdasan pikiran atau berpikir murid yang dapat berubah dari waktu ke waktu serta keadaan tertentu. Murid dapat menumbuhkan kecakapan berpikir atau pikiran dengan baik karena pengaruh keadaan. Salah satu yang mempengaruhinya mungkin saja kita sebagai pendidik yang senantiasa menuntun tumbuhnya kecerdasan pikiran murid. Bukankah kita ketika masih anak-anak saat berusia sekitar 3-4 tahun, kita sedikit demi sedikit berproses memahami sesuatu menggunakan panca indera.


Misalnya ketika orangtua atau guru membacakan cerita atau menunjukkan sesuatu kita menggunakan indra penglihatan, pendengaran untuk berusaha memahaminya kemudian kita mencoba mengekspresikan apa yang kita pahami dengan meniru, mengulangi kata dan kalimat yang orangtua atau guru ucapkan sampai kemudian kita dapat mengenal huruf dan tulisannya lalu mengembangkannya hingga menjadi keterampilan membaca, menulis, dan berhitung, bahkan memahami isi bacaan kemudian mampu menceritakan kembali isi bacaan hingga memproduksi bacaan tersebut.


Sebagai pendidik, tentu kita menemukan berbagai macam watak murid setiap harinya dikelas. Menemani proses belajarnya, mendampingi tumbuhnya kecerdasan pikirnya, dan membantu murid menemukan budi pekerti atau watak baiknya, serta membantu murid mengendalikan dan memperbaiki watak atau budi pekerti yang kurang baik. Misalnya di kelas kita menemukan murid yang belum mampu membaca, menulis dan berhitung. Apakah kita dapat membantu murid untuk mampu membaca, menulis, dan berhitung? Dengan tuntunan dan dampingan yang tepat, kita dapat mengupayakan yang terbaik agar murid mampu memahami dan memaknai pentingnya membaca, menulis, dan berhitung bagi dirinya sehingga bisa menuntun murid untuk mampu menguasainya.


Contoh lain ketika kita dikelas menemukan murid yang sangat pemalu untuk mengungkapkan pendapatnya. Apakah kita dapat membantunya memunculkan kesadaran akan pentingnya menjadi lebih berani untuk mengemukakan pendapatnya di kelas? Kita dapat membantunya untuk menggali potensi kecerdasan budi pekerti di dalam dirinya dengan membuatnya sadar alasan dan tujuan mengapa penting untuk berani. Akal mengasah perasaan dan perilaku yang membuatnya berfikir. Rasa dan memunculkan kehendak. Karsa untuk kemudian mempertimbangkan perilaku, berani mengungkapkan pendapatnya.


Pendidik harus mampu memahami kemampuan kodrat anak atau murid sebagai individu yang sadar mampu memikirkan, memahami, merasakan, berempati, berkehendak, dan bertindak semestinya dapat kita tanamkan dalam benak kita sebagai pendidik. Agar murid mampu berfleksi memberikan makna dari pengalaman-pengalamannya untuk mengenal dirinya. Maka murid dapat menjadi “manusia atau individu yang merdeka” berakal budi yang menentukan keberadaan dan jatidirinya.


Mari kita refleksi Bersama. Sekian pembelajaran mengenai budi pekerti atau watak dalam Modul ini semoga materi ini dapat memantapkan setiap langkah kita dalam menjalankan tugas sebagai pendidik semakin bermakna. Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat. Salam dan Bahagia.

2. Teori Konvergensi dan Pengaruh Pendidikan

Salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat. Di kesempatan ini kita akan mengulas materi yang berjudul Teori Konvergensi Dan Pengaruh Pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara agar kita dapat memahami hakikat dan tujuan pendidikan berdasarkan gagasan Ki Hadjar Dewantara sehingga apa yang kita praktikkan di dalam kelas sesuai dengan cita-cita pendidikan nasional.


Setiap tahun SMP kembang putih mengirimkan murid kelas 8 mengikuti kompetisi karya teknologi. Salah satu murid yang mengikuti kompetisi yaitu Madya, karena ia mendapatkan peringkat kedua di kelasnya. Wali kelas tanpa ragu meminta dan mendaftarkannya mengikuti kompetisi tersebut. Madya pun mengiyakan dan terpaksa bersedia mengikutinya karena segan dan takut menyinggung guru wali kelasnya yang terus-menerus membujuknya meskipun awalnya ia tolak karena ia tidak ada minat mengikutinya. Padahal ia merasa tidak cocok dan tidak tertarik dengan kompetisi tersebut karena ia lebih suka dengan kesenian.


Ia merasa teman sebangkunya, Yani, yang seharusnya didaftarkan lomba karena ia tahu Yani sangat tertarik dengan teknologi dan pandai dalam mengoperasikan teknologi-teknologi baru dengan cepat. Tapi sayangnya ia tidak masuk lima besar peringkat dikelas. Karena hanya peringkat lima besar dikelas lah yang bisa mewakili sekolah mengikuti kompetisi tersebut kata guru wali kelas. Seringkali sebagai guru kita tanpa sadar menggeneralisasi kemampuan murid hanya karena murid tersebut lebih tinggi peringkatnya. Murid dianggap mau dan mampu akan semua hal seperti cerita Madya.


Ibu dan bapak guru, Apakah betul kita sebagai pendidik lebih tahu apa yang diinginkan oleh murid? Teori konvergensi didasarkan atas dua teori utama. Yang pertama TEORI TABULARASA yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas kosong yang dapat diisi dan ditulis oleh pendidik dengan pengetahuan dan wawasan yang diinginkan pendidik. Yang kedua TEORI NEGATIF yang beranggapan bahwa kodrat anak ibarat kertas yang sudah terisi penuh dengan berbagai macam coretan dan tulisan. Dua teori yang dikenal juga sebagai aliran daya pendidikan ini tidak serta-merta membuat Ki Hadjar Dewantara menganggapnya mutlak sebagai suatu kebenaran, tetapi Ki Hadjar Dewantara memberikan pandangan baru dengan menggabungkan atau mengintegrasikan kedua pendekatan teori tersebut menjadi suatu pendekatan yang disebut dengan teori konvergensi.


Ki Hadjar Dewantara percaya bahwa kode manusia sebagai suatu kertas yang sudah terisi dengan tulisan-tulisannya samar dan belum jelas arti dan maksudnya. Maka tugas pendidikan adalah membantu manusia atau individu untuk dapat menebalkan dan memperjelas arti dan maksud tulisan samar yang ada di kertas tersebut dengan tuntunan terbaik. Teori konvergensi merupakan pendekatan yang digunakan oleh Ki Hadjar Dewantara dalam menjelaskan tentang kertas bertuliskan tulisan samar dengan membagi budi pekerti atau watak manusia menjadi 2 bagian yaitu bagian biologis dan bagian intelligible.


Rasa takut, rasa malu, rasa kecewa, rasa iri, rasa egoism, rasa berani, dan segala yang berkaitan dengan perasaan dan jiwa manusia adalah bagian biologis yang tidak dapat berubah dan menetap pada individu sejak anak-anak hingga dewasa. Sementara kecakapan dan keterampilan pikiran, kemampuan menyerap pengetahuan adalah bagian intelligible yang dapat berubah karena pengaruh keadaan dan lingkungan, termasuk salah satunya pengaruh pendidikan.


Sebagai contoh, murid terbiasa makan makanan yang mengandung bahan-bahan kurang sehat dan sudah menjadi suatu kebiasaan karena ketidaktahuan murid akan dampak perilaku tersebut padahal dapat mengakibatkan terganggunya system pencernaan. Setelah diberikan pengetahuan dan wawasan tentang makanan sehat dan zat aditif oleh guru, murid kemudian sadar dan merasa prilakunya selama ini dapat membahayakan kesehatan dirinya sehingga mereka lebihnberhati-hati dalam memilih makanan yang akan dikonsumsi.


Kita dapat melihat dari contoh tersebut bahwa intelligible murid berubah dari ketidaktahuan tentang pengetahuan makanan dan bahan yang kurang sehat menjadi sadar dan merasa penting pengetahuan itu bagi dirinya. Sehingga murid dapat memikirkan, merasakan, dan mempertimbangkan perilaku yang dilakukannya. Contoh yang lain anak usia prasekolah memiliki kegiatan pengembangan belajar mandiri. Berpisah sementara dengan orangtua atau pengasuh serta belajar bersosialisasi.


Sebagian mungkin banyak yang mengalami kesulitan sehingga merasa takut dan malu pada awal kegiatan di TK, murid masih diantar dan ditunggu oleh orang tua. Namun setelah berjalannya waktu murid tersebut menjadi murid yang pemberani. Rasa takut dan pemalu menjadi tidak tampak atau semakin pudar karena sudah mendapatkan kecerdasan pikiran sehingga murid tersebut mulai pandai menimbang dan memikirkan sesuatu serta dapat memperkuat kemauannya untuk tidak malu dan tidak takut.


Hal inilah yang menyamarkan rasa takut dan malu yang dimiliki murid tersebut karena rasa takut dan malu itu hanya tersamar saja oleh pikirannya. Terkadang murid tersebut diserang rasa takut dan malu. Kondisi demikian terjadi saat pikirannya tidak bergerak, tidak dapat mempertimbangkan dan memikirkan sesuatu untuk memperkuat kemauannya. Ketika pikirannya tidak bergerak, maka akan memunculkan rasa asli yang dimilikinya, yaitu menjadi penakut dan pemalu sesuai dengan watak biologisnya yang tidak dapat berubah. Contoh-contoh tersebut menunjukkan bahwa pendidikan dapat mempengaruhi bagian intelligible dan bagian biologis murid.


Sebagai pendidik kita janganlah berputus asa Karena menganggap watak-watak yang biologis, hidup perasaan itu tidak dapat dilenyapkan sama sekali. Tetapi kecerdasan intelligible hidup angan-angan, dapat menutupi tabiat tabiat perasaan yang kurang baik. Namun perlu diingat bahwa dengan kita sebagai pendidik dapat membantu murid untuk menguasai diri secara tetap dan kuat sehingga murid akan dapat melenyapkan atau menyalahkan tabiat-tabiat biologis yang kurang baik.


Melalui proses pendidikan kecerdasan budi pekerti murid akan bertumbuh dan berkembang sehingga mampu mengendalikan tabiat asli dan watak biologis akan semakin tersamar dan menebalkan watak-watak baik murid yang akan mewujudkan kepribadian dan berbudi pekerti baik.


Ibu dan bapak guru mari kita renungkan bersama: Apakah kita sudah memahami kodrat anak dan menempatkan anak sebagai subjek kesadaran dalam menguatkan kodratnya? Apa yang dapat kita lakukan agar anak dapat menemukan budi pekerti atau watak baik untuk menguatkan kodratnya. Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat salam dan bahagia.

Materi Topik Merdeka Belajar Modul 3

Bagi Bapak / Ibu guru yang kesulitan mempelajari materi yang disampaikan dalam paparan video, kali ini  Review Materi Pelatihan Mandiri Topik Merdeka Belajar Modul 3 Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh.


Tidak ada individu yang sama dan zaman selalu bergerak dinamis. Hampir setiap kita menyadari kedua hal tersebut. Menyadari keunikan setiap dan semua murid merupakan satu hal. Bagaimana penerapan kelas yang memfasilitasi setiap kodrat individu merupakan hal lainnya. Pendidikan seyogyanya bukan sesuatu yang rigid dan pakem.


Penyesuaian sesuai konteks merupakan pendekatan yang perlu kita usahakan setiap waktunya sebagai pendidik. Di modul ini Ibu / Bapak akan bersama-sama memahami bagaimana pendidikan yang selalu mengupayakan perubahan perbaikan dan merangkul bakat dan keunikan setiap individu. Terdapat tiga tahapan untuk dapat menyelesaikan Modul 3 ini yaitu :
Belajar Materi
Refleksi Pembelajaran
Post Test


Pada Modul 3, ada dua materi yang akan dipelajari antara lain :
Kodrat Murid
Trikon

A. Materi Aktivitas "Kodrat Murid"

1. Kodrat Keadaan

Modul Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh terdiri dari beberapa materi. Kali ini kita akan mengulas materi kodrat keadaan agar kita dapat memahami kodrat keadaan pendidikan yang sesuai dengan zaman berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Kodrat keadaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dasar pendidikan murid. Kodrat keadaan terdiri dari dua hal yaitu kodrat alam dan kodrat zaman.


Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwan segala perubahan yang terjadi pada murid dihubungkan dengan kodrat keadaan, baik alam maupun zaman. Lalu, bagaimana cara kita menghubungkan dasar pendidikan murid dengan kodrat alam dan kodrat zaman? Kodrat alam adalah dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan dimana mereka berada. Murid dengan kodrat alam perkotaan sejatinya dilihat sebagai bagian dari masyarakat perkotaan. Maka, pembelajaran yang diterima murid sebaiknya mampu membantu mendekatkannya dengan konteks atau kodrat alamiah bukan sebaliknya malah menjauhkannya.


Tidak jarang kita menjumpai guru membantu memberikan ilmu dan wawasan diluar konteks dimana murid tinggal dan hidup. Misalnya, mayoritas murid adalah anak petani karet, diberikan wawasan dan informasi bagaimana menjaga kelestarian dan ekosistem laut. Sebenarnya tidak apa-apa, mungkin saja murid akan mendapat informasi dan cara bagaimana menjaga kelestarian laut. Apakah cara dan informasi itu sesuai dengan kodrat alam murid? Oleh sebab itu, karena guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar murid maka, guru dapat membantu murid dengan memberikan pembelajaran kontekstual.


Guru berperan sebagai penghubung murid dengan sumber-sumber belajar yang ada disekitar murid atau di sekolah maupun dengan sumber-sumber belajar digital yang mengaitkan setiap materi dengan konteks di mana murid hidup. Misalnya, materi menjaga kelestarian alam, dikonteskan dengan merawat pohon karet agar produksi getahnya semakin baik kualitasnya dengan membersihkan gulma atau tanaman pengganggu pohon karet. Pembelajaran kontekstual dan peran guru sebagai penghubung sangat dibutuhkan murid karena itu akan membantu mereka menguatkan kekuatan-kekuatan kodratnya.

Sementara kodrat zaman adalah bagian dasar pendidikan murid yang berhubungan dengan isi dan irama. Isi dan irama pendidikan bergerak dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Muatan pendidikan dan cara belajar dikala kita sebagai murid pasti berbeda dengan zaman saat ini. Pendidikan setelah masa kemerdekaan tentu juga berbeda dengan pendidikan pada abad ke-21. Maka, kita pendidik bergegas beradaptasi terhadap kodrat zaman untuk membantu murid mencapai selamat dan bahagia.

Perubahan zaman merupakan keniscayaan yang tidak mungkin dihindari dan dicegah. Perubahan zaman pun akan datang sendiri tanpa diminta. Namun, banyak dari kita yang belum menyadari akan hal itu. Kenyamanan-kenyamanan yang dirasakan saat ini akan diselimuti kegelisahan-kegelisahan akibat perubahan zaman. Misalnya, kemajuan pesat teknologi membuat cara belajar dan berinteraksi murid juga berubah. Jika tidak kita siapkan dan beradaptasi dengan baik maka, murid-murid mungkin tidak akan mampu hidup berdampingan dengan perubahan zaman.

Contohnya, guru yang terbiasa mengajar dengan menggunakan metode utama ceramah, menyampaikan informasi-informasi yang sudah ada di mesin pencari atau digital, membuat murid memiliki kompetensi yang tidak relevan dan sesuai dengan keterampilan abad ke-21 yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikasi, dan kolaborasi. Maka sebagai pendidik, kita juga dapat membantu memberikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan tersebut.


Seiring dengan perubahan yang terjadi dalam pendidikan secara global, Ki Hadjar Dewantara mengingatkan bahwa pengaruh-pengaruh dari luar hendaknya tetap dipilah, mana yang sesuai dengan kearifan lokal, sosial, budaya Indonesia. Namun di era berlimpahnya informasi saat ini, kita pendidik tidak bisa membatasi, menolak, dan memilih informasi-informasi secara langsung. Pengaruh-pengaruh luar sangatlah banyak dan terus-menerus membanjiri halaman kita.


Cara merespon banyaknya pengaruh luar tersebutlah yang menjadi perhatian kita sebagai pendidik. Dengan begitu maka sebagai pendidik, kita juga dapat membantu memberikan pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan kecakapan tersebut. Dengan begitu banyaknya informasi yang datang, kita tidak bisa benar-benar menyaring mana yang diterima oleh murid. Karena ia bisa mendapatkan informasi dari mana saja. Yang dapat dilakukan pendidik adalah membantu anak untuk menemukan kecakapan berpikir kritis dalam menerima dan merespon informasi.


Penanaman budaya kearifan lokal yang logis dapat membantu murid menjadi bijak dalam kehidupannya. Jika kita dapat memegang kuat kearifan lokal budaya indonesia. Kita juga akan mampu merespon pengaruh- pengaruh luar dengan bijak. Sehingga adopsi muatan dan konten pengetahuan akan sejalan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Bahkan semakin menguatkannya menjadi kodrat alam dan kodrat zaman dalam mendidik murid-murid kita.


Untuk mewujudkan dan menjaga itu semua diperlukan prinsip-prinsip dalam melakukan perubahan. Ki Hadjar Dewantara menyebutnya sebagai Asas Tricon : Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris. Kontinyu, kemajuan kebudayaan merupakan keharusan lanjutan langsung dari kebudayaan itu sendiri. Konvergensi kebudayaan menuju arah kesatuan kebudayaan dunia atau kemanusiaan. Konsentris kebudayaan harus mempunyai karakteristik dan sifat kepribadian sendiri sebagai pusatnya dalam lingkungan kebudayaan dunia atau kemanusiaan.


Maka dengan menggunakan asas tricon sebagai prinsip melakukan perubahan kebudayaan bangsa indonesia tidak akan tertinggal. Kebudayaan indonesia akan berjalan beriringan dengan kebudayaan lain dan memiliki karakter dan ciri khasnya sendiri. Mari kita refleksikan bersama: Apakah kita sudah membantu memberikan pembelajaran berdasarkan kodrat keadaan murid? Apa yang dapat kita lakukan sebagai pendidik agar kodrat keadaan murid dapat menuntun kekuatan kekuatan dan potensi pada murid? Selamat belajar Bapak dan Ibu Guru Hebat.


2. Kodrat Alam


Salam dan bahagia ibu dan bapak guru hebat. Selamat datang kembali di modul Mendampingi Murid dengan Utuh dan Menyeluruh. Kali ini kita akan meneruskan materi belajar tentang kodrat alam agar dapat memahami bahwa setiap murid adalah individu yang utuh dan unik berdasarkan tujuan dan asas pendidikan Ki Hadjar Dewantara.


Kodrat alam merupakan bagian dari dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan sifat dan bentuk lingkungan tempat murid berada. Salah satu instrumen untuk pengembangannya adalah melalui pendidikan atau tuntunan. Kita sebagai pendidik dapat merencanakan pengembangan kemampuan berpikir murid agar akal budi murid terus berkembang sesuai kodrat alam nya. Melihat murid sebagai individu yang utuh, bagian dari masyarakat, serta lingkungannya menjadi keharusan bagi tumbuh dan hidupnya murid.


Kita tidak dapat memandang murid sebagai bagian yang terpisah dari lingkungannya. Proses tumbuh dan hidupnya murid sangatlah beragam. Potensi setiap anak berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks. Kodrat yang dimiliki setiap murid tidak sama. Setiap anak memiliki kekuatan kodratnya. Bahkan, anak kembar identik pun memiliki kodrat masing-masing. Oleh karenanya, murid sebagai individu yang unik yang berbeda satu dari yang lain harus mendapatkan tuntunan yang tepat sesuai dengan keunikannya. Sehingga murid dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.


Seorang anak yang dilahirkan dengan kodrat alam perkotaan maka ia menjadi bagian dari alam masyarakat dan lingkungan perkotaan. Oleh karena itu pendidik sebaiknya dapat menuntun murid untuk menemukan konteks pembelajaran yang relevan terhadap dirinya dan lingkungan tempat mereka berada. Misalnya, murid yang hidup di daerah pesisir mendapat wawasan mengenai bahaya yang mengancam ekosistem laut dan melakukan penelitian bersama untuk menemukan berbagai cara merawat dan menjaga lautnya seperti menanam mangrove. Murid bisa mendapat pengetahuan akan bahaya sampah plastik jika dibuang ke laut dan mengenal jenis-jenis hewan dan tumbuhan yang ada di laut.


Kita pendidik sebaiknya membantu mendekatkan murid dengan konteks kehidupannya bukan sebaliknya menjauhkan mereka dari konteks kehidupannya. Begitu pula dengan potensi atau kekuatan yang ada pada murid. Ada murid yang memiliki kekuatan atau potensi pada bidang seni, ada juga murid yang memiliki potensi bahasa maka, kita sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan dan kemampuan untuk mengidentifikasi keunikan yang ada pada setiap murid agar segala kodrat dan keunikannya mendapatkan tuntunan yang tepat dan dapat membantu mereka mencapai selamat dan bahagia.


Sebagai pendidik kita dapat menggunakan metode, strategi, dan teknik pembelajaran sesuai keunikan potensi masing-masing murid untuk membantu mereka mengembangkan kekuatan kodratnya. Dengan demikian murid akan merasa leluasa untuk mengeksplorasi potensinya dan menemukan pengalaman-pengalaman belajar yang bermakna. Contohnya, yang memiliki potensi seni diberi kesempatan atau ruang untuk menyelenggarakan pertunjukan seni dengan tema yang dikaitkan dengan peminatan murid atau disesuaikan dengan pembelajaran tertentu.


Dapat dibayangkan murid akan merasa senang, mereka akan aktif mencari informasi dan menyajikan pemahamannya dalam bentuk pertunjukan seni yang mereka sukai. Ki Hadjar Dewantara mengingatkan kita bahwa dalam melakukan pembaruan yang terpadu hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik baik mengenai hidup diri pribadinya maupun hidup kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik kodrat alam maupun kodrat zaman.


Ibu dan bapak guru mari kita resapi bersama : Apakah kita sudah melihat murid sebagai individu yang utuh bagian dari alam semesta? Apakah kita sudah peka dan mampu menemukan keunikan dari setiap murid kita? Apakah kita sudah memberikan tuntunan yang sesuai dengan keunikan murid kita? dan yang paling penting Apakah pembelajaran yang kita rancang sesuai dengan kehendak murid dan mendekatkan murid dengan konteks kehidupan dan segala potensinya. Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat.

3. Kodrat Zaman


Kali ini kita akan mengulas materi tentang kodrat zaman agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan sesuai zaman berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Pendidikan bergerak sangat dinamis mengikuti perkembangan zaman. Kodrat zaman merupakan bagian dari dasar pendidikan murid yang berkaitan dengan isi dan irama.


Selain kodrat alam, Ki Hadjar Dewantara mengungkapkan dalam melakukan pembaharuan yang terpadu hendaknya selalu diingat bahwa segala kepentingan anak-anak didik baik mengenai hidup diri pribadinya maupun kemasyarakatannya jangan sampai meninggalkan segala kepentingan yang berhubungan dengan kodrat keadaan, baik pada alam maupun pada zaman. Sementara itu segala bentuk isi dan irama yaitu cara mewujudkannya hidup dan penghidupannya hendaknya selalu disesuaikan dengan dasar-dasar dan asas kehidupan kebangsaan yang bernilai dan tidak bertentangan dengan sifat-sifat kemanusiaan.


Ki Hadjar Dewantara ingin mengingatkan kita para pendidik untuk menuntun murid mencapai kekuatan-kekuatan kodratnya sesuai dengan alam dan zaman menggunakan asas tricon yaitu kontinyu, konvergen, dan konsentris. Kontinyu, pendidik menuntun murid dengan perencanaan dan pengembangan secara berkesinambungan menyatu dengan alam masyarakat Indonesia untuk mewariskan peradaban. Konvergen, pendidik menuntun murid dengan pemikiran terbuka terhadap segala sumber belajar, mengambil praktek-praktek baik dari kebudayaan lain, dan menjadikan kebudayaan kita bagian dari alam universal. Konsentris, pendidik menuntun murid dengan berdasarkan kepribadian karakter dan budaya kita sendiri sebagai pusatnya.


Asas tricon diyakini mampu menghadapi derasnya arus perubahan kodrat zaman seperti abad ke-21 secara global. Pendidikan saat ini ditekankan untuk menuntun anak memiliki keterampilan abad ke-21 yaitu berpikir kritis dan solutif, kreatif dan inovatif, serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi. Meskipun demikian pengaruh pengaruh global harus disaring. Seleksi menggunakan kekuatan utama bangsa Indonesia yaitu kearifan local, sosial budaya sehingga isi dan irama pendidikan berupa konten atau muatan pengetahuan yang diadopsi selaras dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konteks sosial budaya yang ada di Indonesia. Maka, cara mendidik pun harus sesuai dengan tuntutan zaman.


Cara belajar dan interaksi murid abad ke-21 tentu berbeda dengan murid di pertengahan abad ke-20 seperti apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara “didiklah anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntunan alam dan zamannya”. Misalnya, guru membantu murid untuk melakukan refleksi diri sebagai proses mengenali dan melihat kembali potensi dirinya kemudian murid diajak untuk mengamati keadaan sekolah dan lingkungannya. Setelah itu murid menganalisis permasalahan dan potensi yang muncul dari hasil pengamatannya. Ini adalah contoh belajar berpikir kritis.


Guru kemudian mengajak murid untuk berkreasi, merespon potensi dan isu yang terkoneksi dengan dirinya melalui proses berproyek yang bisa mereka lakukan secara individu maupun berkelompok. Ini adalah bentuk belajar kreativitas dan kolaborasi. Lalu murid mengkomunikasikan karyanya melalui berbagai format presentasi seperti misalnya pameran sosialisasi atau seminar kepada publik atau audien yang akan terdampak dari karyanya. Ini adalah bentuk belajar komunikasi. Dengan pembelajaran tersebut, murid merasa lebih merdeka dan bertanggungjawab atas pengalaman belajarnya bukan karena tuntutan yang membelenggu kemerdekaannya.


Ibu dan bapak guru mari kita renungkan : Apakah kita sudah mendidik murid kita sesuai dengan kodrat jamannya? Apa yang dapat kita lakukan untuk menuntun mereka agar berdaya sesuai kodrat jamannya? Selamat belajar ibu dan bapak guru hebat salam dan bahagia


B. Materi Aktivitas "Trikon"


Kali ini kita akan mengulas materi tentang asas Trikon; kontinyu, konvergen, dan konsentris dalam pendidikan serta contoh penerapannya di dalam kelas agar kita dapat memahami tujuan dan asas pendidikan berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara.


Pendidikan adalah suatu proses yang dinamis. Pendidikan terus berubah dan berkembang sesuai dengan kondisi zaman dan juga kondisi murid. Jangan dibayangkan sistem pendidikan sebagai sebuah sistem besar yang hanya dipikirkan dan diurus oleh para pakar dan penentu kebijakan di pusat. Sekolah atau bahkan kelas juga merupakan suatu system pendidikan dengan ruang lingkup yang kecil namun merupakan ujung tombak berjalannya sistem pendidikan.


Setiap sekolah memiliki kondisi dan permasalahan masing-masing sehingga pengembangan satu sekolah dengan sekolah lain sangat beragam sesuai karakteristik lingkungannya. Misalnya, kondisi geografis Indonesia yang beragama mendorong proses pendidikan yang dinamis. Sekolah yang berada di lingkungan pantai dapat mengkontekstualkan proses pendidikannya sesuai dengan lingkungan pantai tempat murid tinggal seperti menanam pohon bakau untuk mencegah abrasi pantai. Begitu pula sekolah yang berada di pegunungan, guru dapat mengajak murid untuk menjaga pohon agar terhindar dari bahaya tanah longsor.


Dengan demikian guru memfasilitasi proses belajar murid sesuai dengan keadaan lingkungan murid dan potensi yang dimiliki. Sehingga murid dapat melihat hubungan antara dirinya dengan lingkungan, masalah, serta potensi yang terhubung pada dirinya dengan proses pendidikan yang berjalan sangat dinamis. Budaya, kebudayaan, atau cara hidup bangsa itu bersifat kontinyu; bersambung tak putus-putus. Dari zaman penjajahan sampai zaman kemerdekaan, perkembangan dan kemajuan kebudayaan serta cara hidup bangsa terus menerima pengaruh nilai-nilai baru.


Proses pembelajaran sejatinya tidak pernah putus. Usaha sadar yang menikmati setiap proses belajar karena dilakukan sukarela. Kemauan belajar, rasa ingin tahu, dan motivasi internal dalam diri murid perlu distimulasi. Sehingga, akan melahirkan murid yang memiliki kemampuan pengaturan kegiatan belajarnya sendiri atau self-regulatory learning.

Ibu dan bapak guru, dalam pembelajaran lingkungan hidup, guru dapat mengajak murid berkegiatan di halaman dan lingkungan sekitar sekolah. Kemudian guru meminta murid untuk mengamati dan memberikan beberapa pertanyaan pemantik diskusi. Harapannya, murid akan menjawab dengan berbagai macam hal yang bisa ditemui secara langsung, seperti pohon-pohon, pot bunga, tempat sampah, sampah yang tertinggal di halaman sekolah, atau bahkan menceritakan pengalaman di lingkungan rumahnya masing-masing.

Proses dialog yang terjadi memberikan ruang kepada murid untuk mengekspresikan rasa yang ia miliki dan temukan. Kemudian jika ada murid yang merasa tidak tertarik dengan lingkungan sekolah yang sedang dikunjungi, guru bisa berdialog mengenai lingkungan seperti apa yang ingin murid kunjungi dan menarik untuknya. Guru memfasilitasi murid untuk menentukan tujuan apa yang ingin dipelajari, memantau proses pembelajaran yang dilalui, dan membimbing murid untuk melakukan refleksi terhadap pengalaman belajar yang telah dilalui murid agar ia dapat memahami hubungan dirinya dengan lingkungannya, peran dan tugasnya di dalam lingkungan tersebut, serta kontribusinya dalam menjaga lingkungan.

Apabila murid mampu memahami hubungan diri dan lingkungannya, ia dapat pula belajar memahami peran dan kontribusi dirinya terhadap lingkungan serta menindaklanjuti peran dan kontribusinya tersebut. Hal ini juga dapat mendorong terbentuknya kemampuan pengaturan belajar mandiri atau self-regulatory learning, Konvergen. Pengembangan yang dilakukan dapat mengambil dari berbagai sumber di luar, bahkan dari praktek pendidikan di luar negeri seperti yang dilakukan oleh Ki Hadjar Dewantara ketika mempelajari berbagai praktek pendidikan dunia. Misalnya, Maria Montessori, Froebel, dan Rabindranath Tagore.

Dalam dunia pendidikan pun banyak system pendidikan yang masuk ke Indonesia tidak lantas kita terima mentah-mentah. Kita perlu mengolahnya dan hanya menerima yang sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan. Dalam hal ini Ki Hadjar Dewantara menggambarkan manusia sebagai titik kecil yang kemudian bersama dengan yang lain membentuk lingkaran besar atau keluarga, dan menjadi lingkaran yang lebih besar lagi atau organisasi. Pengembangan pendidikan yang dilakukan harus tetap berdasarkan kepribadian kita sendiri. Oleh karena itu meskipun Ki Hajar Dewantara menganjurkan kita untuk mempelajari kemajuan bangsa lain namun tetap semua itu ditempatkan secara konsentris dengan karakter budaya kita sebagai pusatnya.


Implementasi konsep trikon ; kontinyu, konvergen, dan konsentris; bisa kita amati atau bahkan kita refleksikan dari apa yang sudah terjadi dalam proses pembelajaran. Manajemen kelas yang mengatur berjalannya proses pembelajaran tentunya melalui sebuah perencanaan dan dilakukan secara terus- menerus sehingga pengelolaan perilaku, lingkungan, dan kurikulum berjalan dengan efektif. Konsisten dalam menjalankan manajemen kelas ini, salah satu contoh implementasi asas kontinu dalam pendidikan. Murid diberikan kemerdekaan untuk belajar, bertanya, dan mengembangkan potensinya.

Kesinambungan manajemen kelas yang konsisten memberikan ruang kepada murid untuk mengeksplorasi gagasan, ide, dan kreativitasnya. Seringkali pembelajaran STEAM ini dipahami sebagai pembelajaran menggunakan teknologi tinggi seperti robotic komputasi atau codding. Padahal, bisa diartikan lebih luas seperti teknologi fermentasi tempe, teknologi pewarnaan batik, ataupun teknologi pengawetan makanan, seperti pembuatan ikan asin atau ikan asap.

Dengan memahami konsep pembelajaran STEAM maka guru dapat menyesuaikan keinginan belajar murid dengan kondisi ketersediaan daya dukung untuk belajar dengan tetap menghadirkan nilai-nilai local. Meskipun metode pembelajaran dalam pendidikan bisa mengacu pada konsep manapun secara terbuka, tapi hal itu tetap harus dilakukan secara konsentris yaitu tetap mempertahankan jatidiri bangsa dan menjadi diri sendiri.

Salam dan Bahagia !

Kamis, 21 Juli 2022

Materi Topik Merdeka Mengajar MODUL 2

 Pada Modul 2, ada tiga materi yang akan dipelajari antara lain :

  • Mendidik Menyeluruh
  • Pendidikan selama satu abad
  • Menjadi manusia (secara) utuh

A. Materi Aktivitas "Mendidik Menyeluruh"


Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru. Selamat datang di Modul Mendidik dan Mengajar. Modul ini terdiri dari beberapa materi yang akan kita pelajari bersama. Kali ini kita akan membahas materi mendidik menyeluruh berdasarkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara. agar kita dapat memahami gagasan-gagasan Dewantara mengenai tujuan pendidikan nasional.

Ibu dan Bapak guru, pemahaman terhadap kata “pendidikan dan pengajaran” kadang masih membingungkan. Penggabungan istilah tersebut dapat mengaburkan pengertian yang sesungguhnya. Pengajaran adalah suatu cara menyampaikan ilmu atau manfaat bagi kehidupan anak-anak secara lahir maupun batin. Maka, pengajaran merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Sama halnya dengan mengajar yang merupakan salah satu bagian dari mendidik. Sementara Pendidikan adalah tempat menaburkan benih-benih kebudayaan yang hidup dalam masyarakat sekaligus sebagai instrumen tumbuhnya unsur peradaban agar kebudayaan yang kita wariskan kepada anak cucu kita di masa depan.

Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan sebagai tuntunan yaitu tuntunan dalam hidup tumbuhnya murid. Maka Mendidik adalah menuntun segala kodrat yang ada pada murid agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik itu sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Ibu dan Bapak guru, murid diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka hidup dan tumbuh. Pendidik tidak dapat menentukan dan berkehendak akan hidup tumbuhnya murid. Yang bisa pendidik lakukan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan itu dengan mengerahkan segala daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti, pikiran, dan jasmani murid agar dapat memperbaiki perilakunya bukan dasar hidup dan tumbuhnya itu.

Layaknya seorang petani yang menanam padi, ia hanya dapat menuntun tumbuhnya padi, mengusahakan kondisi yang terbaik agar padi dapat tumbuh sesuai dengan kodratnya. Petani mungkin dapat memperbaiki keadaan tanaman padinya atau bahkan menghasilkan tanaman padi yang lebih besar daripada tanaman padi yang tidak dipelihara. Bagaimanapun ikhtiar yang terbaik yang dilakukan oleh petani untuk tumbuhnya padi tidak akan dapat membuat tanaman padi itu tumbuh menjadi tanaman jagung atau tanaman lainnya.

Seperti itulah peran pendidik yang bisa menuntun agar murid bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pendidikan tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid tapi juga mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan kecerdasan batin, dan pada akhirnya murid dapat melancarkan hidup untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Ibu dan Bapak guru, ilmu dan pengetahuan sangat diperlukan sebagai bagian dari pendidikan, sebagai kunci untuk mengasah keterampilan berpikir, memajukan kecerdasan batin, dan melancarkan hidup pada umumnya. Oleh karenanya, pendidikan pikiran atau intelektual murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya agar murid dapat mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan sebaik-baiknya.

Sebagai pendidik kita perlu cermat dalam menempatkan pendidikan pikiran murid sesuai dengan konteks pendidikan nasional berdasarkan garis-garis bangsanya atau kultural nasional yang akan melengkapi, mempertajam, dan memperkaya pendidikan keterampilan berpikir murid. Setiap murid memiliki kekuatan kekuatan yang memerlukan tuntunan orang dewasa. Menuntun potensi murid bertujuan agar ia semakin baik adabnya dan untuk mendapatkan kecerdasan yang luas sehingga ia terlindungi dari pengaruh-pengaruh yang dapat menghambat bahkan melemahkan tumbuhnya potensi atau kekuatan dirinya.

Ada murid yang tidak memiliki kesempatan mendapatkan tuntutan yang baik sehingga ia cenderung tidak dapat menumbuhkan dan mengembangkan kekuatan atau potensinya dengan maksimal. Ada juga murid yang mendapatkan tumbuh dengan baik namun kekuatan atau potensinya tidak dapat tumbuh atau berkembang karena adanya pengaruh-pengaruh yang membatasi tumbuh kembangnya potensi yang ia miliki.

Sebagai orang dewasa kita dapat berupaya membangun dan menjaga suasana lingkungan yang kondusif agar setiap murid dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Seumpama dua garis yang saling tarik-menarik dan saling mempengaruhi yang pada akhirnya berujung menjadi satu. Dua garis itu adalah garis dasar yang menggambarkan potensi dari murid dan garis keadaan yang menggambarkan kesempatan untuk berkembang. kedua garis ini saling berhubungan yang menurut ilmu pendidikan disebut konvergensi.

Buah dari tuntunan kepada murid adalah berkembangnya akal budi murid yang mendorong terciptanya kebudayaan. Kebudayaan bangsa yang menjadi ciri khas dan dasar perubahan zaman ditengah-tengah kebudayaan-kebudayaan negara lain membuat kita kadang-kadang khawatir akan tergerusnya kebudayaan kita. Meskipun adat istiadat atau kebiasaan di masyarakat berubah karena akal budi manusia juga berkembang. Kebudayaan Bangsa Indonesia akan tetap ada menjadi pilar utama dalam memajukan pendidikan nasional. Contohnya kebudayaan gotong royong membersihkan dan menghias kelas, serta sekolah yang melibatkan murid dapat menumbuhkan karakter dan kecakapan sosial emosional.

Guru dapat memberikan praktek pembelajaran yang mengembangkan kerjasama, empati menghargai sesama dan berkontrIbusi sosial kepada sesama. Sehingga murid dapat menemukan dan terbekali dengan kebudayaan kebudayaan bangsa yang jika terus-menerus ditumbuhkan. Maka kebudayaan bangsa akan semakin kuat dan tentu saja akan membantu murid atas kehidupan dan penghidupannya. Dan yang paling utama dan yang paling penting yang dapat membantu keberlangsungan hidup sebagai bangsa Indonesia.


Lalu bagaimana dengan pembelajaran di kelas kita saat ini. Apakah kita sudah mendidik anak dengan menyeluruh atau mungkin kita hanya sebatas mengajar? Mari kita refleksikan bersama-sama. Asalam dan bahagia Ibu Bapak guru hebat.


B. Materi Aktivitas "Pendidikan Selama Satu Abad"

Selamat datang kembali di Modul Mendidik dan Mengajar. Kali ini kita akan mengulas Materi Pendidikan Selama 1 Abad, melihat perjalanan Pendidikan Nasional dari sudut pandang Ki Hajar Dewantara mengenai cita-cita sistem Pendidikan Nasional.

Ibu dan Bapak guru, metode pengajaran di zaman kolonial Belanda yang menggunakan sistem pendidikan perintah dan sanksi, tanpa sadar masuk ke dalam warisan cara guru-guru kita mendidik murid-muridnya. Bahkan mungkin sampai saat ini praktek itu masih saja berlangsung. Misalnya masih ditemukan kasus kekerasan pada murid di sekolah. Murid mendapat hukuman atau sanksi ketika mereka belum atau tidak mengerjakan perintah dari guru.

Contoh lain adalah sistem penilaian atau penghargaan yang terlalu berorientasi pada kecakapan kognitif. Misalnya Kapan murid diukur dari hasil ujian sumatif yang menguji kecakapan kognitif semata. Akibatnya murid berusaha keras melatih kecakapannya dengan mengerjakan kisi-kisi soal ujian hingga mendapat nilai dan penghargaan dari sekolah.

Nah fokus pada orientasi kognitif ini menyebabkan perkembangan kecakapan sosial emosional mulai terabaikan. Di sisi lain, jika murid belum mampu memenuhi tuntutan- tuntutan ujian sumatif yang sangat berat tidak jarang murid-murid kita mendapat penghakiman. Mereka ini dianggap gagal dalam belajar.

Sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda didasarkan atas diskriminasi yaitu adanya perbedaan perlakuan terhadap anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang sifatnya masih materialistik individualistik dan intelektualistik. Hal ini bertentangan dengan keadaan dan kebudayaan bangsa timur. Sebagai perlawanan terhadap sistem yang diskriminatif ini Ki Hajar Dewantara menggagas perlunya sebuah sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia.

Ki Hajar Dewantar perkenalkan sistem among yaitu yang dikenal dengan slogannya Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Ing Ngarso Sung tulodo artinya seorang guru haruslah berkomitmen menjadi seorang teladan. Ia harus memberikan contoh yang baik. Ing Madyo Mangun Karso artinya seorang guru haruslah membangkitkan atau menguatkan semangat murid-muridnya bukan orang yang melemahkan semangat. Dan Tut wuri Handayani yaitu seorang guru haruslah memberikan dorongan atau menjadikan murid-muridnya orang-orang yang mandiri atau orang-orang yang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal.

Inilah esensi dari merdeka belajar. Meskipun semboyan ini diingat dengan sangat baik oleh banyak guru dengan istilah Tut Wuri Handayani. Tetapi masih banyak juga yang belum memahami roh dan maknanya, yaitu untuk kemerdekaan murid yang menghidupkan dan menggerakan kekuatan lahir dan batinnya yang kemudian menjadi bagian dari jiwa-jiwa kita sebagai pendidik.

Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan.

Pemikiran Ki Hajar Dewantara tersebut adalah gagasan yang melampaui zamannya, dimana beliau hidup dan masih relevan hingga masa sekarang ini. Terbukti atas kepribadian bangsa Indonesia yaitu yang mengandung harkat diri dan kemanusiaan yang menjadi landasan praktek pendidikan saat ini. Tidak hanya di Indonesia tapi juga di negara-negara lain. Maka kita sebagai pendidik harus dapat menghayati pemikiran Ki Hajar Dewantara mengenai pendidikan yang humanis yang terbukti masih relevan bahkan hingga masa kini dan akan mampu mengantarkan murid siap mengisi zamannya kelak.

Ki Hajar Dewantara melihat bahwa sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda ini hanyalah tempat pendidikan pikiran atau rasio yang menyebarkan ilmu pengetahuan dan kecerdasan saja tanpa adanya pendidikan sosial emosional atau tanpa adanya olah rasa. Selain pendidikan kecerdasan atau keterampilan berpikir, pendidikan kultural yaitu pendidikan yang berdasarkan garis bangsa dan budaya. Misalnya dengan menghargai proses belajar murid, merayakan setiap pencapaian pembelajarannya, dan tu sesuai dengan kompetensinya juga sangat dibutuhkan oleh murid.

Pendidikan kultural ini akan melengkapi mempertajam dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid. Sifat pendidikan yang intelektualistis materialistis kolonialis dan minimnya pengaruh kebudayaan yang kita alami pada zaman Belanda, jangan sampai terulang kembali. Kita sebagai pendidik perlu menjaganya dengan menyambungkan naluri tradisi dan kontinuitas dengan masa lampau. Model pendidikan dan pengajaran dan pengetahuan atau kecerdasan ala barat mungkin dapat kita gunakan dengan syarat pendidikan kebudayaan dan nasional kita berikan kepada murid demi terwujudnya keluhuran manusia nusa dan bangsa serta menjadi bagian dari kesatuan perikemanusiaan.

Untuk mencapai semua dasar utama yang dicita-citakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu kemerdekaan setiap murid yang mampu mengatur dirinya sendiri agar murid-murid berperasaan, berpikiran, dan bekerja merdeka dalam ketertiban bersama demi mewujudkan cita-cita Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional yang berdasarkan pada garis-garis kebudayaan bangsanya untuk berkehidupan mengangkat derajat rakyat dan negerinya serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia di dunia. Maka, pendidikan yang memerdekakan murid lah yang dapat menjadi pegangan kita sebagai pendidik untuk dapat mewujudkannya.

Ibu dan Bapak guru hanya mengandalkan naluri mendidik tidaklah cukup. Kita juga perlu melengkapinya dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zamannya. Tuntunan yang baik kepada murid didasarkan pada panduan atau teori atau pengetahuan tentang tuntunan yang terbaik. Sehingga pendidik dapat memberikan hak-hak kepada murid untuk kesempatan mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keinginan dan bakatnya. Agar sebagai pendidik kita dapat memberikan daya upaya yang terbaik dalam mendidik murid. Kita membutuhkan semacam pagar atau pelindung yaitu dukungan dari rakyat atau masyarakat untuk bersama-sama menjaga atau menolak semua bahaya yang mengancam kekuatan kekuatan dan potensi yang sedang tumbuh dari dalam diri murid-murid kita.

Mari kita renungkan Bersama : Apakah kita sudah mempraktekkan pembelajaran sesuai dengan cita-cita sistem Pendidikan Nasional yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara? Langkah apa yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama kita bisa mewujudkannya? Salam dan bahagia Ibu dan Bapak guru hebat.


C. Materi Aktivitas "Menjadi Manusia (Secara) Utuh"

Selamat datang kembali di Modul Mendidik dan Mengajar. Kita akan meneruskan Materi Tentang Menjadi Manusia Secara Utuh. Agar kita dapat memahami prinsip dasar untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu menjadi manusia yang seutuhnya berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa memiliki dua bagian utama pada tubuhnya yaitu badan jasmani atau lahir dan badan rohani atau batin. Atas karunia Tuhan Yang Maha Esa pula, manusia memiliki akal yang digunakan untuk berpikir untuk merasa dan berkarya. Bersatunya pikiran, perasaan, dan kehendak dapat menimbulkan daya dan memunculkan budi pekerti yang menandakannya sebagai manusia merdeka yaitu manusia yang dapat memerintah dan menguasai dirinya atau mandiri dan itulah kodrat sebagai manusia. Sehingga agar manusia mengetahui kebutuhan lahir dan batinnya sendiri, kita sebagai pendidik dapat membantu murid untuk memenuhi kebutuhan keduanya agar mencapai keseimbangan dalam menjalani kehidupan.

Kita tidak bisa membantu memenuhi kebutuhan hanya pada salah satu bagian karena badan lahir dan pendidik badan batin pada manusia tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi. Maka pendidikan atau tuntunan seyogyanya mampu memberikan didikan lahir dan didikan batin kepada para murid agar terpenuhi kebutuhan kehidupan dan penghidupannya. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan adalah berdaya tempat persemaian benih-benih kebudayaan. Budaya yang hidup dalam masyarakat dan daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti pikiran dan jasmani.

Ibu dan Bapak Guru, kebudayaan merupakan hasil budi manusia secara lahir dan batin yang didapat dari perjuangan terhadap dua pengaruh kuat yaitu alam dan zaman pengembangan. Budi pekerti berupa olah pikiran atau olah cipta, olah rasa atau menghaluskan perasaan atau karakter, olah karsa atau menguatkan kemauan, dan olahraga atau menyehatkan jasmani adalah sebuah bentuk pendidikan yang holistik yang akan menuntun bagaimana murid dapat tumbuh kembang secara baik, sekaligus menjadikannya sebagai manusia yang merdeka yaitu manusia yang dapat bersandar atas kekuatan lahir dan batinnya sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain.

Dengan demikian memandang murid sebagai manusia secara utuh harus menjadi dasar kita sebagai pendidik dalam mendampingi murid-murid, menentukan tujuan belajar, merencanakan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid baik lahir maupun batin yang akan membantu murid-murid kita mengembangkan kekuatan lahir dan batin. Sebagai pendidik kita tidak cukup hanya membantu memberikan pengajaran yang berorientasi pada penguatan, keterampilan berpikir atau kognitif saja, tetapi juga mendampingi murid-murid untuk mengembangkan kekuatan batinnya yaitu sosial, emosi, empati dan lain sebagainya.

Misalnya guru mengampu pelajaran yang sifatnya pengetahuan kemudian menilai murid dengan menggunakan soal pilihan ganda yang cenderung hanya mengingat informasi yang diberikan. Padahal beragam informasi dan pengetahuan yang diberikan dan dapat diakses dari mesin pencari dari sumber belajar lain yang ada di sekitar murid. Dan dapat dibayangkan ketika seorang guru memberikan soal operasi hitungan bilangan jika ia hanya memberi soal-soal dan menilai hasilnya maka mesin hitung seperti kalkulator bisa juga memproses. Hal yang demikian kekuatan keterampilan berpikir memang benar harus diasah dan ditingkatkan.

Ditingkatkan tetapi agar mencapai keseimbangan menjadi manusia. Murid juga sebaiknya dilatih dan dikuatkan kebutuhan batinnya dalam menentukan tujuan belajarnya mengembangkan kerjasama, membangun empati, menghargai sesama, refleksi diri untuk mengembangkan dirinya dan tentunya berkontribusi di lingkungan sosialnya. Sehingga pembelajaran yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan murid dan ditujukan untuk memajukan perkembangan budi pekerti akan membantunya menjadi manusia-manusia yang merdeka.

Manusia Merdeka perlu memiliki modal keterampilan berpikir atau bernalar yang baik. Keterampilan berpikir atau bernalar membutuhkan proses sepanjang hayat. Proses mengasah nalar atau keterampilan berpikir murid menurut Benjamin Bloom dan Anderson yang disebut level kognitif yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis. Mengevaluasi, dan mencipta. Sesuatu dapat difasilitasi dalam proses pembelajaran di semua jenjang pendidikan paud, dasar menengah dan tinggi.

Dan juga perlu disadari bagi kita sebagai pendidik bahwa semua level kognitif dari mulai mengingat sampai mencipta atau mengkreasi ini dapat dicapai pada semua jenjang pendidikan, dimana kedalaman dan kompleksitas pembelajaran dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan. Beberapa ahli berpendapat proses pembelajaran kepada murid tidak harus dimulai pada tingkat kognitif atau keterampilan berpikir yang mengingat, tapi dapat juga diterapkan pembelajaran yang terintegrasi dengan urutan level kognitif atau keterampilan berpikir yang cocok digunakan dalam pembelajaran. Maka tujuan pendidikan untuk mengasah nalar murid dapat terwujud sebagai bekal pengembangan pendidikan budi pekerti murid.

Mari kita renungkan bersama : Apakah kita sudah menjadikan murid-murid kita manusia seutuhnya? Apakah kita sudah membantu memberikan asupan kebutuhan lahir dan batin murid? dan Bagaimana cara kita untuk mendampingi untuk mengasah keterampilan bernalar murid dengan sebaik-baiknya? Salam dan Bahagia, Ibu dan Bapak Guru Hebat!!!!